Selasa, 26 Maret 2019


Osu!
Teman-teman beberapa mungkin sudah mengenal ungkapan yang berasa dari bahasa Jepang ini: ganbatte atau ganbatte kudasai, benar? Nah, postingan kali ini saya khususkan kepada opini saya tentang ungkapan yang populer ini. Saya juga ingin mengenalkan satu ungkapan lagi yang mungkin teman-teman belum tahu tetapi sebenarnya bermakna sangat indah. Simak di bawah uraiannya!
Ganbatte adalah bentuk imperatif, setidaknya dalam konteks ini, dari ganbaru. Kosa kata ini terdiri atas dua klausa: “, gandan張る, haru(perlu dicatat bahwa karakter kanji memiliki cara pembacaan yang berbeda-beda). Secara terpisah, karakter bermakna ‘gigih’ atau ‘keras kepala’, sedangkan 張る bermakna ‘menempel’ atau ‘mengencangkan (sesuatu)’. Sudah keras kepala masih ditambah menempel kuat-kuat. Jadilah makna keseluruhannya adalah ‘bertekun’ atau ‘ngotot’.
Memang benar, kata ganbaru (atau ganbare, ganbarou yang bermakna ajakan) selalu digunakan untuk membakar semangat sang lawan bicara (maupun untuk menyemangati diri sendiri) agar tetap gigih menerjang halang rintangan menuju tujuannya. Bisa jadi setara dengan “semangat!” atau “berjuanglah!” dalam Bahasa Indonesia. Kata ini pada dasarnya bersifat sangat positif dengan memberikan dukungan.
Namun, bagi orang yang sedang lemah; dalam artian stres atau depresi ringan maupun berat, kata ini justru bak penambah beban hidup sang lawan bicara. Lho, kenapa bisa? 
Bayangkan, ada orang sedang tertimpa banyak masalah. Apa yang dia inginkan, misalnya, hanya beristirahat sejenak dan melanjutkan perkerjaannya esok hari. Saat ia berbincang dengan temannya dia disemangati, “Ganbatte kudasai!” Saya beropini si orang tersebut justru, boleh jadi, akan mengeluh dalam hati, “Saya sudah lelah hari ini, biarlah semangat ini untuk esok hari saja. Jangan beri saya beban (pikiran) lagi!”



Ceritanya: tahun lalu, saya mengambil kelas eksperimen kimia. Kebetulan kelas ini memang selalu digabung dengan mahasiswa reguler Jepang meskipun grup kami, mahasiswa internasional, dipisah untuk ditangani asisten yang bisa berbahasa Inggris. Saya kebetulan dapat berteman dengan salah satu mahasiswa Jepang (dengan bahasa Jepang saya yang pas-pasan). Sebut saja Bunga.
Bunga, secara teknis, adalah mahasiswi satu angkatan di bawah saya. Saya lebih tua satu semester dikarenakan kebanyakan program internasional mulai pada musim gugur. Sementara program reguler Jepang, seperti teman-teman lihat di film atau anime, mulai saat bunga sakura mekar. Karena Bunga satu tahun di bawah saya, ia masih memiliki mata kuliah yang saya pernah ambil tahun lalu (dan belum praktikum). Terbayang bagaimana padatnya jadwal si Bunga ini. Saya hanya memiliki beban laporan praktikum, sedangkan Bunga memiliki tambahan beban belajar dan ujian.
Maka dari itu, saat si Bunga akan menghadapi ujian, mengatakan hanya ganbatte saya rasa kurang sopan dan kurang pengertian. Kalau saya sama-sama ujian sih tidak mengapa. Saya pun belajar bahwa ada beberapa ungkapan yang tujuannya sama dengan ganbatte tetapi maknanya lebih terkesan halus:
  1. Funbatte/funbare,「踏ん張って・踏ん張れ」. Maknanya sangat dekat dengan ganbatte tetapi tidak terkesan memaksa. Semacam, “bertahanlah” atau “hang on!” Cocok dengan mereka yang sepertinya ingin masa ujian cepat berakhir.
  2. Kiraku ni ikou, 「気楽に行こう」. “Take it easy!” Orang Jepang biasanya rajin belajar. Jangan dipikir sulit. Sudah giat, tinggal yakin ujian bisa dilewati dengan lancar.
  3. (Nama) nara dekiru,「()ならできる」. “Anda bisa.” Menggunakan nama serta akhiran -san, -kun, atau -chan agar terdengar sopan. Kalau teman dekat, boleh menggunakan kata ganti kimi/omae, ‘kamu’ yang lebih kasar tapi akrab.
  4. Ouen suru yo,「応援するよ」. “Saya mendukungmu.” Bagus jika lawan bicara akan menghadapi wawancara atau presentasi, untuk meninggikan morale-nya.
  5. Fight/faito, 「ファイト」. Frasa yang ini lebih gaul dan biasanya digunakan antar sesama anggota klub kegemaran/olahraga.

Kembali lagi kepada orang lelah di atas tadi. Bukan berarti 5 frasa ini akan mempan, lho. Namun, harusnya satu ungkapan ini setidaknya bisa menghibur hatinya yang mungkin juga lelah:
Otsukare-sama deshita!
Setidaknya sampai sekarang, saya belum menemukan makna literal dari frasa di atas. お疲れ様: “, o- untuk meluhurkan frasa, “疲れ, tsukare artinya lelah, dan “, -sama” adalah julukan penghormatan. Sedangkan untuk partikel akhiran kalimatnya, baik desu (bentuk terkini) maupun deshita (bentuk lampau) dapat digunakan untuk formalitas bahasa. Jika saya coba artikan, frasa ini berkata dengan hormat, “Anda adalah orang yang kelelahan(karena sudah bekerja keras)” 
Otsukare merupakan suatu bentuk penghargaan atas jerih payah yang telah diusahakan hari itu. Dibanding mengatakan ganbatte yang, bisa jadi, malah menekan orang yang sudah capek, otsukare mengapresiasi pekerjaan orang tersebut dan secara implisit mengutarakan, “Beristirahatlah, esok mari berjuang lagi”.
Untuk teman-teman yang sudah menyelesaikan studi, yang sudah menempuh ujian, yang sudah menyelesaikan sidang skripsi, yang sudah menyelesaikan riset/pekerjaan hari ini, yang sudah belajar tekun untuk hari ini, yang sudah berusaha semaksimal mungkin hari ini, dan siapapun Anda yang sudah bertahan hidup hingga detik ini, "Otsukare-sama!"

Saya bersyukur (frasa) ‘otsukare-sama’ diciptakan seseorang,” ujar rekan saya, seorang berkebangsaan Amerika, pada saat kami menjadi relawan di sebuah kamp persaudaraan.

Post a Comment:

:)
:(
=(
^_^
:D
=D
|o|
:"(
;)
(Y)
:o
:p
:P

EXPERIRON

Jika hidup dapat diibaratkan sebagai kumpulan gelombang baik dan gelombang buruk, dapatkah kita mengukur pengalaman sebagai mode diskrit yang terbentuk akibat superposisi keduanya?