"Saya lelah"
Osu!
Teman-teman beberapa mungkin sudah mengenal ungkapan yang berasa dari
bahasa Jepang ini: ganbatte atau ganbatte kudasai, benar?
Nah, postingan kali ini saya
khususkan kepada opini saya tentang ungkapan yang populer ini. Saya
juga ingin mengenalkan satu ungkapan lagi yang mungkin teman-teman
belum tahu tetapi sebenarnya bermakna sangat indah. Simak di bawah
uraiannya!
Ganbatte adalah bentuk
imperatif, setidaknya dalam konteks ini, dari ganbaru.
Kosa kata ini terdiri atas dua klausa:
“頑,
gan” dan
“張る,
haru” (perlu
dicatat bahwa karakter kanji memiliki cara pembacaan yang
berbeda-beda).
Secara terpisah, karakter
頑bermakna
‘gigih’ atau ‘keras kepala’,
sedangkan 張る
bermakna
‘menempel’ atau ‘mengencangkan (sesuatu)’. Sudah
keras kepala masih ditambah menempel kuat-kuat. Jadilah makna
keseluruhannya adalah ‘bertekun’ atau ‘ngotot’.
Memang benar, kata ganbaru
(atau ganbare, ganbarou yang
bermakna ajakan) selalu digunakan untuk membakar semangat sang lawan
bicara (maupun untuk menyemangati diri sendiri) agar tetap gigih
menerjang halang rintangan menuju tujuannya. Bisa jadi setara dengan
“semangat!” atau
“berjuanglah!”
dalam Bahasa Indonesia. Kata ini pada dasarnya bersifat sangat
positif dengan memberikan dukungan.
Namun, bagi orang yang sedang lemah;
dalam artian stres atau depresi ringan maupun berat, kata ini justru
bak penambah beban hidup sang lawan bicara. Lho, kenapa bisa?
Bayangkan, ada orang sedang tertimpa banyak masalah. Apa yang dia inginkan, misalnya, hanya beristirahat sejenak dan melanjutkan perkerjaannya esok hari. Saat ia berbincang dengan temannya dia disemangati, “Ganbatte kudasai!” Saya beropini si orang tersebut justru, boleh jadi, akan mengeluh dalam hati, “Saya sudah lelah hari ini, biarlah semangat ini untuk esok hari saja. Jangan beri saya beban (pikiran) lagi!”
Bayangkan, ada orang sedang tertimpa banyak masalah. Apa yang dia inginkan, misalnya, hanya beristirahat sejenak dan melanjutkan perkerjaannya esok hari. Saat ia berbincang dengan temannya dia disemangati, “Ganbatte kudasai!” Saya beropini si orang tersebut justru, boleh jadi, akan mengeluh dalam hati, “Saya sudah lelah hari ini, biarlah semangat ini untuk esok hari saja. Jangan beri saya beban (pikiran) lagi!”
Ceritanya: tahun
lalu, saya mengambil kelas eksperimen kimia. Kebetulan kelas ini
memang selalu digabung dengan mahasiswa reguler Jepang meskipun grup kami,
mahasiswa internasional, dipisah untuk ditangani asisten yang bisa
berbahasa Inggris. Saya
kebetulan dapat berteman dengan salah satu mahasiswa Jepang (dengan
bahasa Jepang saya yang pas-pasan).
Sebut saja Bunga.
Bunga, secara teknis, adalah
mahasiswi satu angkatan di bawah saya. Saya lebih tua satu semester
dikarenakan kebanyakan program internasional mulai pada musim gugur.
Sementara program reguler Jepang, seperti teman-teman lihat di film
atau anime, mulai saat
bunga sakura mekar. Karena Bunga satu tahun di bawah saya, ia
masih memiliki mata kuliah
yang saya pernah ambil tahun
lalu (dan belum praktikum). Terbayang bagaimana padatnya jadwal si
Bunga ini. Saya hanya memiliki beban laporan praktikum, sedangkan
Bunga memiliki tambahan beban belajar dan ujian.
Maka dari itu, saat si Bunga akan
menghadapi ujian, mengatakan hanya ganbatte saya rasa kurang sopan dan kurang pengertian. Kalau saya sama-sama
ujian sih tidak
mengapa. Saya pun belajar bahwa ada beberapa ungkapan yang tujuannya sama
dengan ganbatte tetapi
maknanya lebih terkesan halus:
-
Funbatte/funbare,「踏ん張って・踏ん張れ」. Maknanya sangat dekat dengan ganbatte tetapi tidak terkesan memaksa. Semacam, “bertahanlah” atau “hang on!” Cocok dengan mereka yang sepertinya ingin masa ujian cepat berakhir.
-
Kiraku ni ikou, 「気楽に行こう」. “Take it easy!” Orang Jepang biasanya rajin belajar. Jangan dipikir sulit. Sudah giat, tinggal yakin ujian bisa dilewati dengan lancar.
-
(Nama) nara dekiru,「()ならできる」. “Anda bisa.” Menggunakan nama serta akhiran -san, -kun, atau -chan agar terdengar sopan. Kalau teman dekat, boleh menggunakan kata ganti kimi/omae, ‘kamu’ yang lebih kasar tapi akrab.
-
Ouen suru yo,「応援するよ」. “Saya mendukungmu.” Bagus jika lawan bicara akan menghadapi wawancara atau presentasi, untuk meninggikan morale-nya.
-
Fight/faito, 「ファイト」. Frasa yang ini lebih gaul dan biasanya digunakan antar sesama anggota klub kegemaran/olahraga.
Kembali lagi kepada orang lelah di
atas tadi. Bukan berarti 5 frasa ini akan mempan, lho. Namun,
harusnya satu ungkapan ini setidaknya bisa menghibur hatinya yang
mungkin juga lelah:
“Otsukare-sama deshita!”
Setidaknya sampai sekarang, saya belum menemukan makna literal dari
frasa di atas. お疲れ様:
“お,
o-”
untuk meluhurkan frasa, “疲れ,
tsukare”
artinya lelah, dan “様,
-sama”
adalah julukan penghormatan. Sedangkan untuk partikel akhiran
kalimatnya, baik desu
(bentuk terkini) maupun
deshita (bentuk
lampau) dapat digunakan untuk formalitas bahasa. Jika saya coba artikan, frasa ini berkata
dengan hormat, “Anda adalah orang yang kelelahan(karena sudah
bekerja keras)”
Otsukare merupakan suatu bentuk penghargaan atas jerih payah yang telah diusahakan hari itu. Dibanding mengatakan ganbatte yang, bisa jadi, malah menekan orang yang sudah capek, otsukare mengapresiasi pekerjaan orang tersebut dan secara implisit mengutarakan, “Beristirahatlah, esok mari berjuang lagi”.
Otsukare merupakan suatu bentuk penghargaan atas jerih payah yang telah diusahakan hari itu. Dibanding mengatakan ganbatte yang, bisa jadi, malah menekan orang yang sudah capek, otsukare mengapresiasi pekerjaan orang tersebut dan secara implisit mengutarakan, “Beristirahatlah, esok mari berjuang lagi”.
Untuk teman-teman yang sudah menyelesaikan studi, yang sudah menempuh ujian, yang sudah menyelesaikan sidang skripsi, yang sudah menyelesaikan riset/pekerjaan hari ini, yang sudah belajar tekun untuk hari ini, yang sudah berusaha semaksimal mungkin hari ini, dan siapapun Anda yang sudah bertahan hidup hingga detik ini, "Otsukare-sama!"
“Saya bersyukur (frasa) ‘otsukare-sama’
diciptakan seseorang,” ujar rekan saya, seorang berkebangsaan Amerika, pada saat
kami menjadi relawan di sebuah kamp persaudaraan.
Post a Comment: